Posts

Showing posts from March, 2018

Pada Tuan

Pada Tuan Nona menaruh hati Diam-diam tanpa Tuan mengerti Siapakah Tuan, Nona yang kau cari? Tentu bukan Nona yang selama ini mencintai Tuan, sekiranya Nona mulai berprasangka Nona dambaan yang Tuan selalu puja Tuan tak berhati membiarkan lara Nona kesepian ingin Tuan peka Nona dulu gembira Tuan belikan dua pasang sepatu serupa ‘tuk dipakai bersama Tapi nampaknya kini Tuan lupa Ketukan musik cerita klasik telah rusak berantakan karena suatu masa Tuan, Nona rela bila Nona tak bertuan Tapi Nona tak rela jika Tuan menjadi milik Nona yang berlain Tuhan Biarlah cinta Nona sebatas asa dan tak pernah jua tersampaikan Asal, setidaknya Tuan tahu Nona pernah memberi rasa tanpa mengemis perasaan | Widya Arum enam belas Maret silam (tulisan pada masa itu) 

Titik dalam Paragraf

Prolog Ia yakin, didikan karakter pada anaknya akan berhasil. Bukan hanya perihal kesuksesan, namun bagaimana anaknya kelak akan mampu bertahan dalam arus jaman yang semakin jahat. Prinsip tak akan pernah lepas bagi orang-orang yang peduli dengan karakter. “Brukh!”             “Brukh!” Barang-barang Ibu Siami sedikit demi sedikit habis terlempar ke luar rumah. Kemarahan besar terjadi di sana-sini. Mereka yang bermuka merah padam tak mampu lagi menahan emosi yang sudah di ujung tanduk. Pelbagai macam perkataan keluar dari mulut masing-masing, menghujat batin.            A lif menggenggam kuat tangan ibunya. Terus digenggam sambil menangis sesenggukkan. Tubuh kecilnya tak mau lepas dari dekapan. Jantung berdegup kencang menyaksikan kejadian yang belum pantas disaksikan seusianya. Pikiran pun belum mampu menjangkau jalan keluar dari permasalahan ini.            Sungguh ironis, kejujuran Ibu Siami justru membawa malapetaka. Mau tidak mau, ia harus sudi meni